Sejarah Desa Mangkubumi

Desa, atau udik, menurut definisi “universal”, adalah sebuah aglomerasi permukiman di area perdesaan (rural). Di Indonesia, istilah desa adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa. Sebuah desa merupakan kumpulan dari beberapa unit permukiman kecil yang disebut kampung (Banten, Jawa Barat) atau dusun (Yogyakarta) atau Banjar (Bali) atau jorong (Sumatra Barat) atau Pekon atau Tiuh atau Peratin (Lampung). Kepala Desa dapat disebut dengan nama lain misalnya Kepala Kampung atau Petinggi di Kalimantan Timur, Klèbun di Madura, Pambakal di Kalimantan Selatan, dan Kuwu di Cirebon, Hukum Tua di Sulawesi Utara.

Di Kabupaten Ciamis di wilayah Kecamatan Sadananya salahsatunya terdapat sebuah Desa yang bernama Mangkubumi dengan memilik luas wilayah 165,45 Km2, dengan dibagi tiga kampung yaitu dusun Desa, dusun Leuwihalang dan dusun Segel.  Yang tentunya Mangkubumi ini memiliki sebuah sisi histori sendiri yang sedikit banyaknya berkaitan dengan kerajaan Galuh samapai Kabupaten dan sekarang menjadi kabupaten Ciamis.

Sejarah Desa

Cerita Rakyat

Dalam cerita yang beredar di Masyarakat, ada beberapa versi mengenai mangkubumi itu pertama ada yang berkata bahwa mangkubumi itu berkaitan dengan sebuah Batu Belah (Mungkal Beulah) Adapun sejarah Desa Mangkubumi ini dimulai dari penamaan nama wilayah tersebut, dimana Mangkubumi ini diambil dari bahasa sunda buhun Mungkal Belah yang diartikan sebagai Batu Belah itu menurut cerita yang beredar di masyarakat, bahwa dahulu Mungkal Belah ini merupakan sebuah batu besar  yang satu dan dikatakan hidup seekor hewan belut besar (lubang/sidat) dimana hewan ini sangat rakus hingga rakusnya suka memakan hewan ternak milik warga. Sidat ini mempunyai seekor anak, anak inilah yang membantu mencarikan dan memberikan makanan untuk induknya itu. Namun dikarenakan si anak mulai lelah dengan kerakusan sang induk dia berdo’a kepada yang maha kuasa untuk memberikan sebuah hukuman kepada ibunya itu. Dan sesaat setelah ia berdo’a itu terlihat sebuah kilatan dari sambaran petir yang menyambar batu tersebut sehingga terbelahnya batu itu dan sang ibu sampai meninggal, sianakpun melarikan diri ke daerah Cilopadang desa Gunungsari..

Juga dalam cerita lain dikatan bahwa nama  Mangkubumi diberikan karena pernah ada kejadian rumah yang terabawa oleh arus aliran sungai cileueur yang sehingga bila diartikan mangkubumi disini ada rumah yang terpangku.

Itu beberapa versi cerita menganai penamaan wilayah Desa Mangkubumi, hingga sekarang menjadi desa yang mandiri.

Penelusran berdasarkan Bukti dan Peninggalan

Pada awalnya wilayah Mangkubumi ini masuk kedalam wilayah Kerajaan Galuh pada sekitar pertengahan abad ke 6 Masehi. Merupakan daearh yang difungsikam sebagai lahan pertanian pada waktu itu, lambat laun mulai berdirinya pemukiman dengan di temukannya sebuah lingga yang di percaya menajdi ciri dan cikal bakal pemukiman besar.

Lambat laun sekitar awal abad ke 15M sampai ke 16M adanya usaha pengislamisasian dari kesultanan Cirebon ke Kerajaan Galuh yang pada waktu pusat kerajaan yang semula berada di Kawali di pindahkan ke Galuh Salawe Pangauban, Cimaragas Ciamis. Adapun tokoh yang singgah di wilayah ini terkenal dengan sebutan Rd. Mangprang Mangkurat K Mangkunagara, beliau menajdi tokoh utusan Cirebon untuk mensyiarakan Agama Islam yang Waktu itu cakupan wilyahnya meliputi yang sekarang menjadi Desa Cisadap, Desa Nasol, Desa Singdangsari, dan beberapa desa yang sekarang masuk ke wilayah kecamatan Sadananya.

Sampai pada ketika beilau menutupkan usianya dan di makamkan yang sekarang masuk ke wilayah Desa Mangkubumi tepatnya di Dusun Suksari, dan setelah saat itu sebagi tanda penghormatan terhadap beliau maka para Penduduk pun memberikan namanya untuk wilyah ini yang di ambil dari ujung gelar beliau yaitu Mangkunagara dengan manegartikan nagara disini merupakan sebuah wilayah kecil pemukiman dengan menggunakan akronim lain Bhuana atau Bumi.

Namun untuk peneyebaran agama Islam sendiri tidak berhenti hanya sampai distu perjuangan dari Rd. Mangrang Mangkurat K Mangkunagara kemudian dilanjutakan oleh Rd. Tumenggung Natanagara dan pengawalnya Patih Bangsoa.Rd. Tumenggung Natanagara merupakan bupati Galuh (1811)  yang merupakan utusan Cirebon yang waktu itu wilayah Galuh masuk kedalam  Karesidenan Cirebon karena sama-sama memilliki kekurangan dalam suplaya hasil bumi utamanya Kopi, dalam masa jabatannya yang tidak begitu lama Ia ada keinginan untuk memindahakn pusat pemerintahan ke Daerah Cibatu namun usulan itu ditolak oleh pihak Kolonial Belanda, selama kurang lebih menjabat setengah tahun Ia menjabat dan dianggap tidak mampu untuk menyelesaikan konflik yang berada di Nusa Kambangan Cilacap maka beliaupun lebih fokus untuk menysiarkan agama Islam bersama sang pengawal patiha Bangsoa. 

Ketika sudah menajdi Desa (1901) awalnya wilayah ini meliputi dengan 6 dusun ( Kampung ) yaitu dusun Segel, Leuwihalang, Desa, Cikaronjo, Cirahab, dan Neglasari. Dengan di tetapkan Mbah Jemblung sebagai Kepala Desa pertama pada tahun 1803M sampai pada tahun 1965M yang pada saat itu Kepada Desa Basari yang sedang menjabat mengusulkan untuk melakuakan pamekaran wilayah Desa dengan berbagai tahapan dilalui diputuskanlah pada 1967M menajdi dua bagian Desa Terpisah dengan tiga Kampung Masuk ke wilayah Desa Baru yaitu Cirahab, Neglasari dan Cikaronjo menjadi Desa Bendsari dan tiga kampong lainnya masuk ke wikyah desa Mangkubumi yaitu kampoung Desa, Leuwihalang dan Segel, dengan pusat pemerintahan berada di Dusun Desa dan dari tahun 1901 sampai dengan saat ini (2022) letak dari kantor pemrintahan tidak pernah terjadi pemindahan ataupun sebagainya.

Silsilah Kepala Desa Mangkubumi

EMBAH JEMBLONG

Kepala Desa Periode
1901 – 1921

M. SUDINTAWIJAYA

Kepala Desa Periode
1971 – 1979

TOTONG RESMANTO

Kepala Desa Periode
2003 – 2014

ALI MUHIDIN, S.Pd.,MM

Kepala Desa Periode
2018 – 2022

SUMANDISASTRA

Kepala Desa Periode
1921 – 1943

JUHRI

Kepala Desa Periode
1979 – 1987

YUSUF IMRON

PJS Kepala Desa Periode
2014 – 2015

M. BASARI

Kepala Desa Periode
1943 – 1963

M. SUDINTAWIJAYA

Kepala Desa Periode
1987 – 1995

WAWAN KURNIAWAN, S.IP

PJS Kepala Desa Periode
2015 – 2016

M. BASARI

Kepala Desa Periode
1963 – 1971

ATANG EFFENDY .BA

Kepala Desa Periode
1995 – 2003

TOTONG RESMANTO

Kepala Desa Periode
2016 – 2022